Bagi Regine Clarint, hidup mewah
itu adalah segalanya. Sebab dengan begitu, dirinya akan diakui oleh orang lain
dan bisa mendapat banyak teman. Apalagi saat itu, wanita yang sering dipanggil
Iin ini juga bersekolah di salah satu sekolah yang cukup ternama di
Masuk kelas 2 SMA, keluarga Iin bangkrut. Papa nya merupakan seorang bandar judi dan mendadak kehilangan semua hartanya akibat judi. Kondisi ini menyebabkan kehidupan Iin berubah 180 derajat. “Saya menjadi malu dan minder. Saya takut kalau teman-teman tahu saya tidak punya uang. Akhirnya saya berusaha menutupi kenyataan ini dan berlaku seperti tidak terjadi apa-apa.” Ujar Iin.
Meski begitu, saat di rumah Iin berubah menjadi pendiam dan semakin tertutup pada keluarganya. Kondisi ini semakin diperburuk dengan orang tuanya yang sering bertengkar akibat uang. Sehingga Iin semakin tidak betah di rumah.
Bila dulu Iin terbilang royal dan sering mentraktir temannya, sekarang tidak lagi. Sehingga dia lebih memilih menghindar atau menggunakan berbagai alasan untuk menolak ajakan teman-temannya. Hingga akhirnya teman-temannya menyadari bahwa Iin memang sudah tidak memiliki apa-apa. Mereka pun akhirnya menjauh dan meninggalkan Iin. Tidak hanya kehilangan teman di sekolah, dia juga kehilangan figur keluarga di rumah.
Pada awal tahun 2000-an handphone dengan kamera sedang booming di kalangan anak remaja. Semua teman-temannya punya, sehingga Iin semakin iri. Hasrat untuk memiliki membuatnya mencari cara untuk bisa mendapat HP yang sama seperti teman-temannya.
Nekat, akhirnya Iin mencuri HP teman sekelasnya. Pada saat itu dia beralasan bahwa dia hanya ingin meminjam sementara. Namun karena kabar ini tersebar luas, Iin batal mengembalikannya. Takut ketahuan, dia akhirnya mengganti casing HP dan menghapus seluruh pesan, kontak, serta gambar di HP tersebut.
Seolah-olah punya HP baru, Iin kemudian pamer kepada teman-teman di luar lingkungan sekolah. Semenjak itu, dirinya semakin yakin bahwa dengan mengikuti trend makin banyak orang yang mau berteman dengannya. Namun setelah beberapa hari, Iin bosan dengan HP tersebut. Dia kemudian mengembalikan HP tersebut pada pemiliknya dengan cuek. “Saya jelaskan bahwa saya hanya meminjam, tapi mereka tetap menuduh saya sebagai pencuri,” kata Iin.
Meski begitu, dia tidak terlalu ambil pusing dengan perkataan orang. Akan tetapi kebiasaan ini berlanjut hingga dia lulus SMA. Sehingga dia sering disebut sebagai kleptomania. “Ternyata saat saya sudah bekerja, saya masih suka mencuri barang-barang. Hal ini saya lakukan demi kesenangan pribadi,” ungkap Iin. Akibatnya, dia pun kehilangan pekerjaan.
Setelah itu, Iin kemudian bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kerohanian. Saat itu, dia berpikiran bahwa dengan begitu Iin akan bisa berubah menjadi lebih baik dan mendapatkan teman-teman kembali.
Mendapat kakak pembimbing rohani, Iin pun merasa aman dan nyaman. Dia menceritakan segalanya, tentang kebiasaan mencuri dan kesenangan dari dapat dari hal tersebut. Pada awalnya, Iin merasa bahwa kakak pembimbingnya adalah satu-satu orang yang bisa menerimanya. Tapi ternyata tidak demikian. Kejelekannya justru tersebar ke sebagian teman kantornya.
Tentu saja, hal ini membuatnya kecewa dan sakit hati. Tidak hanya itu, orang-orang sekitar juga menjauhi dan menolaknya. Ini yang membuatnya berpikir bahwa sebaiknya dia sendiri saja, dia tidak butuh siapapun.
Selang beberapa saat kemudian, Iin dipanggil oleh rekan kerja yang bernama bapak Yulius. “Saya banyak bicara dengan dia. Pada awalnya saya berpikir bahwa pak Yulius sama seperti mentor saya sebelumnya,” kata Iin.
Akan tetapi kecurigaannya tidak terbukti. “Sebab dia mengatakan bahwa setiap orang pernah jatuh dalam dosa, bahkan hidup dalam dosa. Saat itu, saya mendapati dia sebagai satu sosok yang menerima masa lalu saya.”
Iin menerima banyak kata-kata penguatan dan peneguhan darinya. Selain itu, dia juga melihat ada kasih Tuhan dalam diri Pak Yulius. Sehingga Iin disadarkan bahwa Tuhan telah memberinya kesempatan untuk bertobat. Dia kemudian bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
“Saya meminta ampun pada Tuhan. Saya tidak ingin membuat Tuhan kecewa karena saya tahu Dia mengasihi saya,” ungkapnya. Iin yang sebelumnya merasa hidup seperti 'sampah' dan tidak layak dipandang orang, kini telah diubahkan menjadi pribadi yang luar biasa dalam kasih Tuhan.
Selain itu, dia juga yakin bahwa ada satu pribadi yang menerimanya, yakni Tuhan Yesus. “Dulu saya berpikir bahwa hidup yang berarti adalah hidup yang punya banyak uang, hidup mewah, dan punya banyak teman. Namun saya salah dan kecewa. Hanya hidup benar di dalam Tuhan-lah yang benar-benar membuat hidup saya jadi berarti.”
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik disini.